Rabu, 01 Januari 2014

kebudayaan Enrekang

KEBUDAYAAN MASYARAKAT ENREKANG DARNI Sastra Indonesia 2011 Universitas negeri makassar ABSTRAK Enrekang is one of the second-level regions in the province of South Sulawesi , Indonesia . The capital of the district is located in the City of Enrekang . This district has an area of 1786.01 km ² and a population of as much as ± 190 579 inhabitants. In terms of socio-cultural , community Enrekang has its own peculiarities . This is because culture Enrekang ( Massenrempulu ' ) were among cultures Bugis , Mandar and Tana Toraja . Local languages are used in Enrekang broadly divided into 3 languages from 3 different ethnic clumps in Massenrempulu ' , ie the language of Thorns , and Maiwa Enrekang . Duri language spoken by residents in the District of Alla ' , Baraka , Malua , andes Stone , Masalle , Baroko , Curio and some of the residents in District Anggeraja . Enrekang language spoken by residents in the District Enrekang , sandalwood and some of the residents in District Anggeraja . Maiwa language spoken by the population in the district and sub-district Maiwa Bungin . Keywords : cultural elements of society Enrekang ABSTRAK Kabupaten Enrekang adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Enrekang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.786,01 km² dan berpenduduk sebanyak ± 190.579 jiwa. Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang memiliki kekhasan tersendiri. Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan Enrekang (Massenrempulu') berada di antara kebudayaan Bugis, Mandar dan Tana Toraja. Bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten Enrekang secara garis besar terbagi atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang berbeda di Massenrempulu', yaitu bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa Duri dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Alla', Baraka, Malua, Buntu Batu, Masalle, Baroko, Curio dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa Enrekang dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Enrekang, Cendana dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Kata kunci : unsur-unsur budaya masyarakat Enrekang A. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan pengertian dan definisi diatas tentang kebudayaan, maka dapat diketahui bahwa secara umum kebudayaan memiliki 7 unsur penting yang menjadi komponen pokok pembentuk kebudayaan, yaitu: 1. Unsur peralatan dan perlengkapan hidup, seperti : rumah, pakaian, kendaraan, dll 2. Unsur mata pencaharian / sistem ekonomi, seperti pegawai, petani, buruh, dll 3. Unsur sistem kemasyarakatan, yang meliputi: hukum, kekerabatan, perkawinan, dll 4. Unsur bahasa baik lisan maupun tulisan yang berfungsi sebagai alat komunikasi 5. Unsur Kesenian, seperti seni tari, seni musik, seni rupa, dll 6. Unsur Ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti: pengetahuan alam, perbintangan, pertambangan, komputer, dll 7. Unsur agama dan kepercayaan Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU yang artinya meminggir gunung atau menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti vrsi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan, sudah mendekati kepastian sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung menyambung mengambil ± 85 % dari seluruh luas wilayah yang luasnya ± 1.786.01 Km². Dari berbagai macam masyarakat kab. Enrekang akan ada beberapa kebudayaan yang tercipta sejak nenek moyang lahir. Baik dari segi pemerintahan, bahasa, kekerabatan dan lain sebagainya. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditentukan permasalahan yang akan dibahas yaitu pengertian dan unsur-unsur, dan wujud kebudayaan pada masyarakat kab. Enrekang. 13. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui segala faktor-faktor kebudayaan masyarakat Enrekang. B. KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Kebudayaan Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. 1.1 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut: 1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik. 2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik). 1.2 WUJUD KEBUDAYAAN Menurit J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu gagasan (wujud ideal), aktifitas(tindakan), dan artefak(karya). a. Gagasan(wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. b. Aktifitas(tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. c. Artefak(karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. C. PEMBAHASAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT ENREKANG Enrekang cukup bisa diprediksikan sebagai masyarakat Society (kesukuan) karena adanya tutur yang menyebutkan bahwa peradaban Enrekang lebih dulu muncul dari peradaban Toraja dan diakui seorang pakar luar negeri bahwa memang Enrekang adalah sebagaisebagaisegmensukutertentudiSulsel. ”Kabupaten Enrekang mempunyai bahasa, adat istiadat, seni budaya, kerajaan dan sejarah sendiri yang dikenal Massenrempulu bukan Bugis dan Toraja seperti ditemukannya situs-situs dan artefak sejarah. Keberadaan sejarah budaya Massenrempulu diakui beberapa pakar sejauh ini belum terkaji secara ilmiah dan digarap untuk dikembangkan demi kepentingan generasi sebagai nilai budaya lokal, padahal dimakluminilai-nilaitradisiMassenrempulucukupkaya. Akan hal ini budaya Prof . Dr Abu Hamid yang sempat dimintai pendapatnya kepada Upeks mengatakan, “Masyarakat Massenrempulu mempunyai kemauan keras untuk menunjukkan sebagai etnis yang sejajar dengan etnis yang sudah ada, mungkin dimasa lampau belum sempat memperoleh peluang karena kondisi sosial, ekonomi dan politik bisa jadi kesimpulan ini benar,” katanya. Karena itu begitu banyaknya bukti peradaban situs dan artefak sepatutnya dibentuk semacam lembaga kebudayaan Maspul untuk melakukan penelitian, pengkajian untuk mendukung kajian secara ilmiah. (syamsul) Bumi Massenrempulu sangat kaya akan beragam seni budaya dan adat tradisi. Dalam perkembangan sejarahnya, masyarakat hukum adat di Massenrempulu berkembang dinamis, sejalan dengan perkembangan zaman. Sayang, masyarakat hukum adat yang benar-benar asli dan belum tersentuh pengaruh dari luar, dalam kenyataannya telah berkurang. Tidak dipungkiri, seni budaya dan adat istiadat berperan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, termasuk membangun dan mensejahterakan seluruh rakyat, khususnya di Kabupaten Enrekang. Hanya saja, semuanya itu sudah tidak mendapat perhatian lagi dari komponen masyarakat. Padahal, keanekaragaman seni budaya dan adat istiadat yang dimiliki Kabupaten Enrekang sangat banyak. Tidak disangka, Enrekang adalah satu-satunya wilayah yang ada di Sulawesi Selatan, yang memiliki lima kerajaan. Bone ataupun Luwu yang sangat dikenal, hanya memiliki satu kerajaan saja. Inilah yang coba dipecahkan pemerintah Kabupaten Enrekang untuk mencarikan solusinya. Melalui kegiatan Temu. Adat Massenrempulu tahun 2008, seni budaya dan adat istiadat yang saat ini seakan terkubur oleh perkembangan zaman, coba dibangkitkan lagi. Pertemuan para pemangku adat di seluruh wilayah Kabupaten Enrekang, dikumpulkan. Buntu Kabobong dalam bahasa Enrekang (Massenrempulu) berarti gunung erotis. Pasalnya gigir gunung yang berlipat-lipat ini kerapkali diasosiasikan dengan alat kelamin wanita. Layaklah jika kemudian populer dengan sebutan Gunung Nona, Penelitian geologi mengungkap badan gunung, atau lebih tepatnya bukit, yang berada di kaki Buntu Bambapuang ini terbentuk dari batu pasir. Konon dari dasar laut yang terangkat akibat tumbukan lempeng benua. Terletak di jalan poros Makassar-Toraja. Bambapuang adalah desa yang terletak di Kab. Enrekang, Sulawesi Selatan. Jika kita akan ke Tana Toraja dari arah Makassar, tentu akan melewatinya. Cara mengenalinya mudah. Selepas dari kota Enrekang ke arah Tana Toraja, kita akan melewati sederetan warung-warung di kanan jalan. Gunung Nona sebenarnya adalah Gunung Buttu Kabobong. Kata kabobong dalam bahasa lokal berarti “sesuatu yang selayaknya disembunyikan”. Orang dari luar area, daripada susah susah menyebut Buttu Kabobong, lalu menyebutnya sebagai Gunung (maaf) Vagina. Karena kurang enak di dengar, kemudian disebut sebagai Gunung Nona. Inilah gambar gunung erotis tersebut 7 UNSUR KEBUDAYAAN 1. Sistem Religius Masyarakat Kabupaten Enrekang atau lebih dikenal dengan nama warga MASPUL merupakan salah satu dari sekian banyak etnis yang ada di Sulawesi Selatan yang sangat taat menjalankan ibadah kepercayaannya. Penduduk asli Kabupaten Enrekang merupakan pemeluk agama Islam yang taat, ini dibuktikan dengan tidak adanya warga Maspul yang beragama lain diluar agama Islam selain itu hampir setiap dusun memiliki rumah ibadah atau Mesjid, walaupun dusun tersebut jauh berada di pelosok atau di lereng gunung. Kemudian tidak ada satupun rumah ibadah milik agama lain di Kabupaten Enrekang meskipun ada beberapa warga pendatang yang beragama selain Islam yang berdomisili di tempat itu. Namun, Alu’ Tojolo menjadi agama kepercayaan tradisional mereka sebelum Islam masuk ke suku Duri. Agama kepercayaan tradisional ini mirip dengan agama kepercayaan tradisional suku Toraja. Meskipun Islam telah mendarah daging bagi orang suku Duri, namun sebagian kecil orang Duri masih ada yang mempertahankan agama kepercayaan tradisional. Misalnya di Baraka, pengikut agama kepercayaan Alu' Tojolo ini mengadakan pertemuan secara teratur 1-2 kali dalam sebulan. Masyarakat suku Duri juga tetap mempertahankan dan memelihara adat-istiadat sesuai dengan ajaran nenek moyang mereka. 2. Sistem Bahasa Masyarakat Kabupaten Enrekang merupakan masyarakat majemuk dan masyarakat sosial, sehingga dalam interaksi dan komunikasi antar sesama mereka memerlukan bahasa. Seperti juga di daerah lain maka masyarakat Kabupaten Enrekang juga memiliki bahasa daerah tersendiri yang bila didengar sepintas merupakan peralihan dari bahasa Bugis ke bahasa Toraja. Dikabupaten Enrekang ada 3 macam bahasa yang digunakan oleh penduduknya berdasarkan lokasi pemukiman mereka, yang pertama adalah bahasa maroangin yang digunakan oleh mereka yang tinggal didaerah perbatasan sidrap sampai ke daerah maiwa, yang kedua adalah bahasa enrekang yang digunakan oleh warga yang tinggal didaerah perbatasan pinrang sampai kedaerah enrekang kota, yang ketiga yang merupakan bahasa yang paling banyak digunakan oleh warga Maspul adalah bahasa duri yang digunakan oleh warga di 8 kecamatan di kabupaten Enrekang mulai dari Enrekang kota samapi ke perbatasan Tana Toraja. Namun dengan adanya macam-macam bahasa yang tercipta di tanah Enrekang bukan berarti adanya strata sosial yang menentukan tetapi perbedaan bahasa tersebut hanya berlaku sesuai dengan daerah tersebut. 3. Sistem Pengetahuan Walaupun wilayah kabupaten Enrekang terletak jauh dari ibu kota Provinsi Sulawesi selatan yaitu Kota Makassar akan tetapi masyarakat Kabupaten Enrekang adalah masyarakat yang ingin maju, buktinya mereka terbuka dan menerima segala informasi dan teknologi yang masuk ke daerahnya. Masuknya berbagai informasi pengetahuan dan teknologi ke Kabupaten Enrekang sebagian besar merupakan andil dari warga Kabupaten Enrekang sendiri. Dari dulu warga Kabupaten Enrekang terkenal dengan semangat menimba ilmunya yang tinggi, mereka rela meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu di daerah lain yang mempunyai kualitas pendidikan yang lebih baik. Setelah mereka menyelesaikan pendidikan mereka kembali ke kampungnya untuk membangun daerah tersebut selain itu mereka tidak canggung untuk berinteraksi dengan pihak lain dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Enrekang. yang sangat membanggakan di daerah ini sekarang adalah tidak ada satupun dusun yang memiliki sarjana (s-1) kurang dari sepuluh orang kemudian banyak dari warga maspul yang turut pula membangun daerah – daerah lain baik itu di Sulawesi Selatan maupun di Provinsi lain. 4. Sistem Mata Pencaharian Petani menjadi mata pencarian sebagaian besar masyarakat suku Duri(Enrekang). Beberapa di antara mereka menanam tanaman keras dan memelihara hewan ternak. Sebagian kecil lagi membuat barang kerajinan. Adapun tanaman pertanian suku Duri, terdiri dari padi, jagung, ubi, cabai, dan bawang merah. Selain itu, ada pula yang memproduksi keju yang diolah secara tradisional yang dikenal dengan nama dangke. Keju tersebut diolah dari susu sapi dan kerbau ditambah sari buah atau daun pepaya. Dari uraian di atas, terlihat bahwa suku Duri memiliki hasil pertanian dan peternakan yang cukup beragam. Namun dampak secara ekonomi belum begitu signifikan. Hal tersebut karena infrastruktur berupa jalan yang laik belum mereka dapatkan. Jalan tersebut untuk memperlancar distribusi hasil tani yang akan dijual. Hari ini tercatat sekitar 60% desa-desa belum memiliki sarana jalan yang memadai. Hal ini mengakibatkan distribusi hasil-hasil bumi mereka menjadi mahal dan memakan waktu yang lama. Diperlukan penyuluhan pertanian untuk mengolah tanah yang kurang subur, belum lagi bantuan modal, dan cara pendistribusian barang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Duri. Hasil dangke (keju) semestinya dapat dikembangkan dengan pengolahan secara industri dengan menggunakan kemasan yang lebih menarik Guyuran hujan dan medan hutan yang cukup sulit, tidak menyurutkan niat para petani untuk mengepung kawasan hutan di Kecamatan Enrekang. Ini dilakukan demi mengamankan tanaman di ladang.Berburu babi secara massal yang oleh masyarakat Enrekang disebut Marrangngan. Aktivitas ini memang sudah menjadi tradisi turun temurun para petani di Bumi Massenrempulu. Konon kegiatan seperti ini sudah ada sejak tahun 1959, dan masih dipertahankan hingga sekarang. Kegiatan yang melibatkan ratusan bahkan ribuan orang ini, ternyata cukup ampuh untuk mengamankan tanaman para petani dari serangan hama babi. Para petani mengaku sudah dapat tidur nyenyak pada malam hari, setelah mengepung kawasan hutan secara bersama-sama di sekitar lahan perkebunan mereka. “Kalau kita sudah melakukan perburuan begini, maka kebun jagung atau padi tidak perlu lagi dijaga sampai masa panen tiba, karena hama babi itu sudah menjauh,” ujar Mannahuri, salah satu tokoh masyarakat Lewaja. Para petani mengaku harus begadang di kebun setiap malam untuk mengamankan tanaman mereka dari serangan hama babi itu. Setelah kegiatan marrangngan, mereka pun sudah dapat tidur dengan nyenyak. Hanya saja akhir-akhir ini, kegiatan yang diyakini mampu memperkuat tali persaudaraan di antara sesama petani ini, rawan ditunggangi oleh elite-elite politik. Itu karena massa yang tergabung dalam komunitas ini jumlahnya tidak sedikit. 5. Sistem Kesenian Musik bambu, alat musik tradisional Suku Massenrempulu, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Musik bambu Enrekang yang terancam punah itu, berhasil ditampilkan kembali dengan baik. Surugana Bambapuang atau surga dari Gunung Bambapuang. Itulah lagu yang melukiskan keindahan gunung yang berada sekitar 3.400 meter dari permukaan laut (dpl) dan menjadi lagu khas Suku Massenrengpulu yang mendiami Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Lagu itu mengalun indah lewat konser musik bambu yang dimainkan kelompok tani serta siswa sekolah dasar dan menengah dari berbagai kecamatan di Kabupaten Enrekang, Musik bambu Enrekang yang terancam punah itu, berhasil ditampilkan kembali dengan baik. Masyarakat Suku Massenrengpulu (Maiwa, Duri dan Enrekang) menyebut musik bambu sebagai musik bas, semua peralatannya terbuat dari bahan bambu pelang atau petung, bentuknya menyerupai peralatan musik angklung dari Jawa Barat. Angklung dan musik bas dimainkan secara berkelompok. Hanya saja bedanya, alat musik angklung mengandalkan bunyi suara bamboo, sedangkan musik bas adalah alat musik tiup. Alat tiup itu pun terus berkembang dan menjadi sarana hiburan rakyat di pedalaman Enrekang, dilengkapi alat tabuh yang dibuat dari kulit sapi dan dimainkan beramai-ramai pada saat upacara adat, menyambut musim panen atau pesta rakyat. “Kalau ada sunatan atau pengantin, alat ini masih sering dipakai sebagai hiburan. Juga tak ketinggalan tentang lagu-lagu daerah yang tetap populer didaerah masing-masing seperti, Dalle lolona endekan dan Suruganna Bambapuang. Berikut beberapa objek wisata yang terdapat di kab. Enrekang: 1. Permandian Alam Lewaja Permandian Alam Lewaja mempunyai jarak 6 km dari Ibu kota Enrekang. Arah timur dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Disamping dapat menikmati kolam kita dapat juga menikmati keindahan alam lewaja, dengan air yang jernih dan sejuk. 2. Air Terjun Lambai Terletak di Batuapi Desa Mangkawani Kec.Maiwa sekitar 40 Km dari Kota Enrekang. 3. Lo'ko Bubau. Kabupaten Enrekang terkenal dengan sebutan Negeri Seribu Gua.Lo'ko Bubau merupakan salah satu goa yang sangat menajubkan gengan stalaktit dan Stalakmit yang sunguh mempesona.gua ini terletak di desa Kandinge Kec.Baraka,53 Km dari kota Enrekang. 4. Desa Bone - Bone ( Kampung Bebas Asap Rokok ) Desa ini terkenal sebagai kawasan percontohan untuk daerah desa bebas dari asap rokok yang sudah terkenal baik dalam negeri maupun mancanegara.Desa ini terletak di Kec.Baraka yang berjarak 5 Km dari kecamatan dan berjarak 50 Km dari kabupaten Enrekang. 5. Sapo Kaluppini ( Rumah Kaluppini ) Rumah Adat di desa Kaluppini kecamatan Enrekang di gunakan sebagai tempat pelaksanaan adat Maccerang Manurung yang diadakan sekali dalam 8 ( Delapan ) Tahun. 6. Situs Tontonan. Situs Tontonan yang dulu di kenal dengan serambi mayat merupakan situs peninggalan prasejarah dimana terdapat mandu atau erong sebagai wadah kubur pada zaman sebelum masuknya Islam Situs terletak di Tontonan Kel.Tanete Kec.Anggeraja 27 Km dari Kabupaten Enrekang .Kawasan Ini juga menjadi pusat kegiatan panjat tebing yang dilengkapi sarana Outbond lainnya. 7. Bunker Jepang Bunker Jepang ( Nippon ) adalah benteng pertahanan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menghadapi tentara sekutu dan tentara perjuangan indonesia yang banyak di temukan di sekitar Gunung Bambapuang 16 Km dari Kota Enrekang, tepatnya Kecamatan Alla. 8. Lo'ko Palakka ( Goa Palakka ) Lo'ko Palakka terletak di Labatu Desa Palakka Kecamatan Maiwa sekitar 7 ( tujuh ) dari kecamatan Maiwa. 9.Situs Benteng Alla Di situs ini kuburan kuno yang masih mengunakan Erong sebagai wadah Kuburan dah ruangan gua yang memiliki celah sehinggah dapat mengawasi keadaan Luar pada saat terjadi peperangan. 10. Villa Bampapuang Villa tersebut sangat strategis karena lokasinya berada pada jalur menuju daerah wisata Tana Toraja yaitu 18 km arah utara Kab. Enrekang dan berada pada ketinggian 800 m diatas permukaan air laut. Di Villa ini wisatawan sering mengambil gambar keindahan Gunung Buttu Kabobong yang biasa di kenal dengan sebutan "Gunung Nona". 11. Lo'ko Malilin ( Goa Malilin ) Terletak di Desa Pana Kec.Alla sekitar 42 Km dari ibukota kabupaten Enrekang. 12. Lo'ko Tappaan ( Goa Tappaan ) Terletak di desa Limbuang Kec.Maiwa sekitar 50 Km dari kota Enrekang di dalam lo'ko ( goa ) tappaan terdapat kolam kecil dan air terjun setinggi 7 ( tujuh ) meter. 13. Buntu/ Buttu Kabobong Buttu Kabobong berada diwilayah di Desa Bambapuang kecamatan Anggeraja dengan menempuh jarak 18 km dari kota Enrekang dari arah utara menuju Tana Toraja atau sekitar 800 m dari permukaan air laut dan dapat ditempuh 20 menit perjalanan. 14. Situs Batu Tondon Situs Batu Tondon terletak di tondon Desa Tongkonan Kecamatan Enrekang sekitar 20 Km dari kota Enrekang terdapat hamparan baru gamping seluas 300 m dimana terdapat goresan berbagaia bentuk,batu berlubang yang berjumlah 56 buah yang diyakini merupakan peninggalan masa prasejarah di atas hamparan batu itu terdapat mesjid tua yang berumur ratusan tahun. 15. Maccerang Manurung Palipada Pesta Adat Maccerang Manurung Palipada diadakan sekali dalam 8 Tahun di Desa Kaluppini Kec.Enrekang , 9 Km dari Kota Enrekang. 16. Gunung LATIMOJONG Gunung Latimojong adalah gunung tertinggi di Sulawesi Selatan dengan tinggi 3478 mdpl,yang sudah sering menjadi ajang pendakian bagi pencinta alam,berada di desa karangan Desa Latimojong Kec.Baraka sekitar 70 Km dari Kota Enrekang. 17. Batu Kodok Terletak sekitar situs Tontonan di kelurahan Tanete dan tidak jauh dari situs tontonan,batu ini terletak di tengah sungai serta batu ini terbentuk secara alamiah sehinggah dapat menyeruapai kodok. 18. Bola Battoa ( Rumah Besar ) Rumah adat di Lembong desa Rangga Kec.Enrekang rumah ini berusia kurang lebih 200 tahun dan dalam keadaan terawat dan terpelihara secara turun temurun. 19. Kebun Raya Enrekang Kebun Raya Enrekang terletak di Desa Batumila Kec.Maiwa sekitar 22 Km dari kota Enrekang dengan Luas sekitar 300 HA.Kebun Raya Enrekang salah satu kebun raya terbaik di antara 7 ( tujuh ) kebun raya di Indonesia. Kebun ini berkosentrasi di bidang tropika ( wilayah Wallceae ), Pendidikan, Linkungan dan Pariwisata. 6. Sistem Peralatan Untuk mengakses daerah-daerah perkantoran, perdagangan, pertanian, dan tempat tujuan lainnya, masyarakat dengan mudah dapat mencapainya, karena pada umumnya masyarakat di Kabupaten Enrekang sudah memanfaatkan tekhnologi canggih pada sistem transportasi, seperti Motor (bentor, ojek, motor rental), Mobil (angkot), sama halnya dengan alat transportasi, alat komunikasi juga sudah menggunakan tehknologi yang canggih, seperti telefon rumah, Handpone (telepon genggam), internet, dll. Masyarakat Kabupaten Enrekang sangat bergantung pada pertanian, dan di buktikan dengan tujuan daerah yaitu Daerah Agropolitan. Dalam bidang pertanian masyarakat masih menggunakan alat-alat tradisional seperti : cangkul, parang, linggis, sabit, dan lain-lain. 7. Sistem Kemasyarakatan Warga Kabupaten Enrekang secara umum memiliki pola sosial kemasyarakatan yang sama dengan daerah lain. Dimana mereka juga memiliki lembaga-lembaga sosial masyarakat baik itu bersifat formil maupun non formil. Semuanya itu mengurus berbagai macam kebutuhan dan polemic dalam kehidupan sosial bermayarakat warga setempat dalam kesehariannya. Pada saat ini pola kehidupan yang bersifat kerajaan atau yang mengistemawakan para keturunan raja atau kaum bangsawan sudah tidak kental lagi karena sekarang warga masyarakat telah mengalami perubahan pandangan dalam pola hidup yang disebabkan oleh serbuan informasi dan pengetahuan dari berbagai penjuru selain dari terjadinya akulturasi kebudayaan dari daerah lain. D. PENUTUP Kesimpulan • Masyarakat Kabupaten Enrekang atau lebih dikenal dengan nama warga MASPUL merupakan salah satu dari sekian banyak etnis yang ada di Sulawesi Selatan yang sangat taat menjalankan ibadah kepercayaannya(agama islam). • Kabupaten Enrekang juga memiliki bahasa daerah tersendiri yang bila didengar sepintas merupakan peralihan dari bahasa Bugis ke bahasa Toraja(bahasa Maiwa, bahasa Enrekang, dan bahasa Duri). • Dari dulu warga Kabupaten Enrekang terkenal dengan semangat menimba ilmunya yang tinggi, mereka rela meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu di daerah lain yang mempunyai kualitas pendidikan yang lebih baik. Setelah mereka menyelesaikan pendidikan mereka kembali ke kampungnya untuk membangun daerah tersebut selain itu mereka tidak canggung untuk berinteraksi dengan pihak lain dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Enrekang. • Masyarakat Suku Massenrengpulu (Maiwa, Duri dan Enrekang) menyebut musik bambu sebagai musik bas, semua peralatannya terbuat dari bahan bambu pelang atau petung, bentuknya menyerupai peralatan musik angklung dari Jawa Barat. • Masyarakat Kabupaten Enrekang sangat bergantung pada pertanian, dan di buktikan dengan tujuan daerah yaitu Daerah Agropolitan. Dalam bidang pertanian masyarakat masih menggunakan alat-alat tradisional seperti : cangkul, parang, linggis, sabit, dan lain-lain. • Pada saat ini pola kehidupan yang bersifat kerajaan atau yang mengistemawakan para keturunan raja atau kaum bangsawan sudah tidak kental lagi karena sekarang warga masyarakat telah mengalami perubahan pandangan dalam pola hidup yang disebabkan oleh serbuan informasi dan pengetahuan dari berbagai penjuru selain dari terjadinya akulturasi kebudayaan dari daerah lain. Saran Dengan pemahaman di atas, semoga ini bisa membantu serta menambah wawasan para pembaca untuk mengetahui keanekaragaman budaya yang terdapat di bumi Massenrempulu. DAFTAR PUSTAKA http://massenrengpulu.wordpress.com/2006/05/30/keanekaragaman-budaya-sulsel

3 komentar:

  1. mantap, sungguh sangat membantu artikelnya....

    BalasHapus
  2. Luar biasa calon penerus bangsa mansenrempulu.

    BalasHapus
  3. columbia titanium - www.titanium-arts.com
    Home of the titanium hoop earrings best black oxide vs titanium drill bits titanium gaming products and the latest products: titanium exhaust tips columbia titanium. titanium cookware Made titanium knee replacement in China.

    BalasHapus